Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Monday, 24 September 2018

Paradigma dalam Arkeologi




Seorang arkeolog bekerja dengan bukti-bukti arkeologis yang berupa peninggalan material. Tidak semua peninggalan material tersebut dapat  bertahan lama, sehingga objek penelitian arkeologi terbatas pada materi-materi yang tahan lama. Objek-objek yang dibuat dari bahan batu, tanah liat, dan logam, pada umumnya mempunyai daya tahan lebih lama jika dibandingkan dengan objek-objek yang eterbuat dari bahan kayu, kulit, dan tulang. Dengan objek yang terbatas tersebut seorang arkeolog dituntut untuk dapat menjelaskan dan memebrikan gambaran umum tentang kehidupan masyarakat masa lampau dan kebudayaannya. Gambaran mengenai masa lampau ini tidak hanya disajikan secara deskriptif, tetapi dengan menggunakan metode dan pendekatan ilmiah dapat disuguhkan hal-hal yang berhubungan dengan organisasi social, pola permukiman, aspek kehidupan ekonomi, dan bahkan tingkat-tingkat kehidupan masyarakat yang berbeda-beda serta proses perubahannya. Terdapat perbedaan pendekatan yang digunakan antara arkeolog Amerika dengan arkeolog Eropa. Amerika menggunakan pendekatan yang lebih antropologis, sedang Eropa lebih berorientasi pada pendekatan historis. Makin seringnya penelitian dan diskusi bersama, maka ide-ide yang dianggap paling menguntungkan dari kedua aliran ini kemudian dikombinasikan untuk mencari eksplanasi-eksplanasi tentang perubahan kebudayaan. Akibatnya pengelompokan perbedaan di antara kedua aliran tersebut semakin sempit bahkan saling melengkapi.
Lepas dari perbedaan pandangan antara kedua aliran tersebut, dapatlah diajukan beberapa paradigma yang sampai sekarang masih berlaku dalam penelitian-penelitian arkeologi. Ada tiga hal yang pokok yang perlu diperhatikan dalam penelitian arkeologi, yaitu:
1.                     Rekonstruksi sejarah kebudayaan
2.                     Rekonstruksi cara-cara hidup manusia pada masa lampau
3.                     Rekonstruksi proses perubahan kebudayaan dan faktor-faktor penyebabnya.
Ketiga hal tersebut di atas menuntut penentuan prioritas dalam penelitiannya. Karena masing-masing ahli memiliki prioritas sendiri-sendiri, maka teori-teori yang berhubungan dengan jenis-jenis fenomenanya juga akan berbeda juga asumsi-asumsi yang diajukannya.
Para penganut paradigma pertama akan memusatkan perhatiannya pada perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat yang terjadi sebagai akibat pengaruh kebudayaan dari masyarakat lainnya. Dengan demikian para penganut paradigma ini akan berusaha mengetahui kebudayaan suatu masyarakat masa lalu di dalam perkembangannya dari waktu ke waktu. Pada umumnya para penganut aliran ini berpegang pada asumsi sebagai berikut.
a.     Perbedaan dan persamaan himpunan artefak pada suatu masyarakat dengan masyarakat lain, dapat menjadi petunjuk jauh dekatnya hubungan atau kontak kebudayaan pada kedua kelompok masyarakat tersebut.
b.    Pada dasarnya himpunan artefak dapat mencerminkan sifat-sifat kebudayaan masyarakatnya. Dengan kata lain himpunan artefak merupakan gambaran kesatuan kebudayaan dan dengan melihat perbedaan dan persamaan kesatuan-kesatuan kebudayaan akan dapat ditentukan pertukaran unsure-unsur kebudayaan yang pernah terjadi.
Kelemahan dari paradigma ini yaitu bahwa kesamaan sifat-sifat kebudayaan yang ditunjukkan oleh himpunan artefak tersebut belum menjamin adanya hubungan antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, atau kesamaan sifat-sifat kebudayaan antar kelompok masyarakat belum tentu menunjukkan adanya difusi, tetapi merupakan penemuan pada masing-masing kelompok secara terpisah dan bukan karena pengaruh dari satu kelompok budaya kepada kelompok budaya yang lainnya.
Para penganut paradigma kedua, memusatkan perhatiannya pada usaha merekonstruksi cara hidup manusia masa lampau. Cara hidup manusia itu antara lain ditunjukkan oleh tingkatan teknologinya, cara-cara yang dilakukan di dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani ataupun rohaninya. Teknologi menyangkut cara-cara pembuatan dan fungsi alat-alat yang diperlukan. Cara-cara yang dilakukan di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain meliputi cara untuk memperoleh bahan makanan (berburu, bertani, berternak), sistem perdagangannya, dan yang lainnya. Keterbatasan informasi yang ada pada data arkeologi seringkali menuntut seorang arkeolog untuk melakukan pendekatan etnoarkeologi. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan data arkeologi yang ada dengan data etnografi pada masyarakat tradisional yang masih berlangsung. Analogi merupakan dasar dalam melakukan pendekatan antara data arkeologi dengan kebiasaan-kebiasaan yang masih berlaku pada masyarakat tradisional. Hambatannya yaitu bahwa tidak semua data arkeologi dapat diabndingkan dengan kebiasaan-kebiasaan yang masih berlaku sampai sekarang. Dalam keadaan yang demikian maka interpretasi terhadap data arkeologi dapat dilakukan dengan berdasarkan pada analisis artefaktual (fisik), kontekstual (insitu/lingkungan), dan analisis laboratorium.
Proses perubahan kebudayaan dan faktor-faktor penyebabnya merupakan pusat perhatian para penganut paradigma yang ke tiga. Meski para penganut paradigma pertama dan ke dua meragukan kebenaran paradigma yang ke tiga ini karena keterbatasan dan ketidaklengkapan data arkeologi, tetapi penganut paradigma ke tiga tetap yakin dapat merekonstruksi proses perubahan kebudayaan pada masa lampau. Untuk mendapatkan gambaran tentang proses perubahan kebudayaan dan faktor-faktor penyebabnya, terhadap data arkeologi yang ada tindakan pertama yang yang harus dilakukan adalah membuat klasifikasi data. Klasifikasi ini dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau rumit. Hasil pengkalisfikasian ini akan dapat memberikan gambaran tingkatan-tingkatan perubahan kebudayaannya, barulah kemudian dicari data yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab perubahan tersebut. Untuk ini perlu dilakukan studi perbandingan antara satu situs dengan situs yang lain. Dengan perbandingan tersebut selain akan diketahui perubahan kebudayaan karena waktu, juga perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh faktor ruang.

No comments:

Post a Comment

kasih komentar balik yah......