Astana Gunung Jati.

Purwaka Caruban Nagari menyebutkan bahwa pada masa lalu disini dipasang menara
api dan tempat ini dinamakan Muhara Jati yang merupakan pelabuhan yang ramai.
Agaknya tempat ini merupakan daerah awal dari pelabuhan Cirebon yang dikepalai
oleh seorang juru labuhan. Ditempat ini juga Syeh Datu Kahfi menghimpun
murid-murid dan mengajarkan Islam. Disebelah barat jalan raya ada jalan masuk sekitar
5000 meter ke dalam dan melalui jalam tersebut kita akan sampai ke kompleks
makam Sunan Gunung Jati yang ada di Bukit (gunung) Sembung. Di halaman depan
terdapat dua bangunan terbuat dari kayu jati berdenah segi empat. Bangunan ini
dikenal sebagai Mande Jajar yang
merupakan hadiah dari raja Pajajaran kepada Sunan Gunung Jati. Bangunan ini
dibangun pada tahun 1401 Caka atau 1479 M. Sebuah bangunan yang hampir sama
bentuknya juga terbuat dari kayu jati tersebut Bale Manggu Demak. Bangunan ini
dihadiahkan oleh Ratu Nyawa dari Demak untuk penghormatan kepada suaminya yakni
putera Sunan Gunung Jati yang meninggal dalam perjalanan dari Cirebon ke Demak
karena kapalnya yang ditumpangi karam ditengah lautan dan terdampar di Mundu.
Tokoh ini mendapat gelar Pangeran Brata Kelana atau Sa’dang Lautan (yang
meninggal di laut) (Atja, 1972). Bangunan ini dibuat pada tahun 1402 Caka atau
1480 M.
Dari halaman luar kita akan memasuki sebuah pintu pertama
yang berbentuk bentar. Setelah melalui pintu pertama dengan melalui tangga maka
terdapat pintu kedua yang disebelahnya terdapat pintu kedua yang disebelahnya
terdapat bak air untuk mengambil air wudhu atau mencuci kaki. Setelah melewati
tangga, kita akan berhadapan dengan balai tempat para pengurus makam. Para
pengurus makam ini semuanya berpakaian adat tradisionil Jawa yakni bertutup
kepala ikat atau blangkon dari kain batik dan kain kutung dari kain putih,
kemudian memakai lagi kain batik. Menurut tradisionil, para pengurus makam ini
adalah para keturunan dari Adipati yang kapalnya terhampar di Cirebon dan
kemudian mereka membaktikan diri pada Sunan Gunung Jati yang pada waktu itu
menjadi raja Cirebon. Adipati Keling yang juga bergelar Pangeran Suramenggala.
Pernah juga membantu Fadilah Khan sebagai salah seorang Panglimanya ketika
menyerang Sunda Kelapa yang setelah ditaklukkan oleh Fadilah Khan diubah
namanya jadi Jayakarta (Atja, 1972).
Keturunan
Adipati Keling ini oleh Sultan Cirebon, sultan Kesepuhan dan Sultan Kanoman
diberi kepercayaan menjadi pengurus makam Sunan Gunung Jati. Makam Sunan Gunung
Jati Berada di sebuah bukit yang bernama Gunung Sembung, sedang makam Sunan
Gunung Jati sendiri, dalam kompleks makam itu berada pada puncak atau tingkat
Kesepuhan. Selain Sunan Gunung Jati, disini dinamakan juga Syarifah Medan (Rara
Santang, ibu kandung Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean dan Fadilah Khan
atau Ki Bagus Pase. Makam ini diberi bercungkup dan disisi kiri dan kanan makam
terdapat kompleks makam Sultan-Sultan Sepuh (sebelah timur) dan makam
Sultan-Sultan Kanoman (disebelah barat). Kompleks makam ini tidak boleh
dikunjungi oleh orang luar selain keluarga Sultan sendiri. Untuk masyarakat
umum hanya diperbolehkan ziarah sampai pintu ketiga atau pintu pengsujudan.
Kepala
dari pengurus makam disebut Jeneng ia mempunyai sejumlah pembantu dan pegawai
yang sehari-hari mengurus dan mengatur kebersihan makam mengatur yang akan
ziarah. Jeneng tersebut dalam tugasnya dibantu oleh 4 orang bekel tua dan 8
orang bekel enom. Bekel tua dan bekel enom itu dibantu lagi oleh 108 orang wong
Kraman, yang tugas sehari-harinya membersihkan seluruh kompleks makam. Pembagian
tugas sehari-hari para pengurus itu diatur sebagai berikut: Jeneng adalah
pemimpin umum yang mengatur agar peziarah ke makam dapat berlangsung lancar ia
juga melaksanakan doa arwah bagi peziarah yang dating atas perintah Sultan. Jeneng juga mengantar tamu-tamu yang datang atas undangan
Sultan, baik Sultan Kesepuhan maupun Sultan Kanoman.
Bekel
tua yang keempat tiap dua minggu masing-masing memimpin 2 bekel enom dan 12
wong kraman bertugas selama satu minggu karena jumlah mereka sekaliannya 108
orang dan dilakukan bergilir. Sehingga setiap bekel mendapat tugas khusus
selang dua bulan selama dua minggu. Selain jeneng dan sekalian stafnya itu, di
dalam kompleks makam juga terdapat masjid Gunung Jari yang dipimpin oleh
seorang penghulu yang dibantu oleh 12 pembantu pegawai masjid. Baik jeneng,
Bekel tua, Bekel enom, Kraman, Penghulu selain mempunyai tugas mengurus makam
juga sewaktu-waktu dapat membantu tugas-tugas di Kraton atas perintah Sultan,
baik Sultan Kanoman maupun Sultan Kesepuhan.