Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Friday 16 November 2012

Berangkatlah Menuju Allah



eramuslim - Ibrahim alaihi salam, Bapak Tauhid, yang ditugaskan membersihkan rumah Allah dari kemusyrikan, menjawab, "Aku akan pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku" (QS. Ash Shaffaat: 99) ketika Tuhannya mengajukan sebuah pertanyaan, "Mau kemanakah kamu akan pergi?" (QS. At Takwiir: 26). Pertanyaan tersebut sesungguhnya diperuntukkan kepada orang-orang kafir sesudah diterangkan bahwa Al Qur'an itu benar-benar datang dari Allah dan didalamnya berisi pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan yang lurus. Tentu saja, seorang Ibrahim yang teramat cintanya kepada Tuhannya, jalan yang diberikan Allah lah yang dipilihnya. Jalan tersebut adalah jalan Allah, jalan menuju keridhaan-Nya.

Menurut Al Ghazali, orang tidak akan mencapai Tuhan tanpa meninggalkan kelezatan syahwat dan keterikatan kepada hawa nafsu. Dahulu banyak orang meninggalkan tanah airnya mengembara dengan menanggung berbagai kesulitan. Mereka hidup sederhana sambil merendahkan dirinya dihadapan kebesaran Allah swt. Boleh jadi mereka berpakaian kusam dan berambut kusut-masai, berkelana dalam perjalanan panjang nan melelahkan demi mencari Tuhan.

Dalam keadaan yang berbeda, Islam menunjukkan jalan mencari Tuhan dengan jihad dan takbir pada setiap tempat yang mulia. Jalan yang dimaksud salah satunya adalah ibadah haji. Bukankah ketika wuquf di Arafah, Tuhan membanggakan jamaah haji di hadapan para malaikat-Nya: "Hamba-hamba-Ku, datang kepada-Ku dengan rambut kusut-masai dari setiap sudut negeri yang jauh. Wahai hamba-hamba-Ku, bubarlah dari Arafah dengan ampunan-Ku atas kamu."

Meski tidak harus meninggalkan tanah air, berpakaian kusam dan berambut kusut dalam perjalanan panjang mengembara mencari Tuhan. Meski tak sedang berhaji karena keadaan yang belum memungkinkan untuk melaksanakannya atau karena bukan waktunya berhaji, tentu kita tetap bisa menyatukan gerak langkah dan hati ini berangkat menuju Allah. Perjalanan menuju Allah tetap kita tuju dengan aneka ragam pakaian dan profesi yang kini kita geluti dalam dimensi, ruang dan waktu yang berbeda. Karena, baik para pengembara, jamaah haji ataupun yang bukan keduanya, kesamaan intinya adalah pada hati. Hakikatnya, hatilah yang terbang menuju-Nya untuk mendekat, sementara gerak fisik dan hiasan pakaian dan perbekalan itu hanya penyerta saja.

Seperti orang-orang yang mengembara dalam pencarian Tuhannya, seperti orang-orang berhaji mengharap keridhaan dan maghfirah-Nya, maka lepaskanlah belenggu syahwat dan hawa nafsu sebagai langkah awal berangkat menuju Allah. Karena bisa jadi hal itu akan menjadi beban yang memberatkan setiap langkah dan tapak menuju-Nya. Perjalanan menuju Allah, hendaknya tidak dibebani dengan perbekalan-perbekalan yang berlebihan dengan makanan dan minuman yang mewah, pakaian yang bagus dan mempesonakan serta berbagai kelezatan yang melenakan. Ia bisa berupa harta kekayaan, kenikmatan dunia maupun anak istri yang amat terlalu dicintai. Karena bekal sesungguhnya yang terbaik dalam perjalanan menuju Tuhan adalah taqwa, fainna khairazzaadittaqwaa (QS Al Baqarah: 197).

Harta dan jiwa yang dimiliki, tidak akan bermanfaat apa-apa sebagai bekal menuju Allah jika tidak dipergunakan dengan cara yang Allah tunjukkan dalam penawaran perniagaan dari-Nya yang sangat menguntungkan bagi manusia. Allah menawarkan manusia agar beriman dan menukar harta dan jiwanya dengan ampunan dosa dan indahnya surga 'Adn. (QS. Ash Shaff:10-11). Maka, bisa jadi dalam perjalanan itu, kita akan lebih banyak mengeluarkan harta untuk infaq dan bersedekah serta membantu orang-orang yang kesulitan.

Keberangkatan menuju Allah juga akan menjadi lebih ringan jika sebelumnya telah kita tanggalkan segala macam akhlak tercela, seperti kekejian dan kefasikan. Salah satu yang termasuk kekejian berupa perkataan kotor, kasar atau yang menusuk perasaan, juga berdusta, memfitnah dan menipu. Tentu masih banyak bentuk dan rupa akhlak tercela yang mesti kita tanggalkan jika tidak ingin langkah ini tersurut menuju-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab
oleh : (Bayu Gautama)