BANGUNAN
MASJID KRATON MAKAM
TATA
KOTA
C.
Serambi/Senarai/Current
Issues
"Islam
is indeed much more than a sistem of theology, it is a complete civilization"
(H.A.R. Gibb, hlm. 12).
"Arsitektur Islam
adalah ekspressi agama dan pandangannya tentang dunia, lebih dari sekedar
ungkapan orang-orang tertentu, sistem politik ataupun sistem ekonomi."
(Alfred Fazer seperti dikutip M. Abdul Jabbar Beg: 1988: 15).
D.
Materi Pokok
I. Seni Bangunan
Manusia oleh kodrat alamnya menyenangi keindahan. Hal ini
sudah ada ciri-cirinya sejak masa purba dimana mereka mulai membuat hiasan pada
perkakas untuk keperluan sehari-hari bahkan juga menghiasi tempat tinggalnya
dengan lukisan-lukisan yang waktu itu masih tinggal di gua-gua. Dalam
perkembangan kemudian dengan makin majunya pola hidup manusia maka estetika
seni juga mengalami perkembangan menuju kearah harmonisme. Jadi jelas disini
bahwa manusia sejak masa purba telah membuat alam sekelilingnya seindah
mungkin. Arsitekturnya tumbuh atau lahir sebagai suatu ilmu dan kemudian
berkembang menjadi satu seni. Tiga komponen pokok dari arsitektur adalah:
utility (kegunaan), stability (kestabilan) dan beauty (keindahan). Sebuah bangunan akan kehilangan makna apabila tidak
didukung oleh faktor estetika atau keindahan. Pemilik, bangunan mungkin lebih
menitik beratkan segi kegunaan tetapi arsitek yang membuat bangunan atau
mengisi ruang bangunan tanpa arti arsitekturil. Arsitek akan memberikan bobot
bangunan pada stabilitas dan keindahan. Ia akan memperhatikan segala macam
bahan untuk membuat bangunan itu seserasi mungkin baik sebagai penguat bangunan
maupun sebagai pola hias. Ia akan mencoba menyuguhkan hasil karyanya se estetis
mungkin yang sudah direncanakan sebelumnya secara matang dalam perencanaan
(planning). Itulah seninya dalam pekerjaan seorang arsitek. Ciri-ciri khusus
dari suatu bangunan sangat tergantung kepada sipembuat yakni arsitek. Ia
menyusun dan menyatukan berbagai aspek menjadi suatu karya yang berbobot. Ia
mungkin menyerap idea yang bersifat environmental (tata lingkungan), struktural
ataupun decorative dan itulah kemudian berwujud seni yang menghasilkan
desain yang indah.
Ada berbagai faktor yang memberi bobot estetis pada
kualitas arsitektur. Yang pertama ialah tata lingkungan (site). Bangunan
hendaknya didirikan pada site yang memenuhi nilai estetis dan didukung oleh
latar belakang yang menunjang keindahan. Karya seni bangunan Indonesia pada
zaman Islam meliputi bangunan-bangunan masjid dan makam sebagai bangunan sakral
dan bangunan istana atau bangunan tempat tinggal tokoh terkemuka dalam masyarakat
sebagai bangunan profan. Pada dasarnya Islam tidak melahirkan tradisi seni baru
di Indonesia. Maka dalam karya seni bangun pada zaman permulaan Islam
unsur-unsur seni bangunan Pra Islam masih menjadi modal dalam meneruskan konsep
seni bangunan, baik teknis maupun estetis.
Tradisi
seni bangunan kayu sudah dikenal sejak lama sesuai dengan keadaan alam
Indonesia yang kaya akan berbagai jenis kayu. Pada zaman Hindu tradisi ini
mencapai puncak perkembangannya dan menghasilkan peraturan-peraturan seni bangunan
sesuai dengan perkembangan kebudayaan pada waktu itu. Tradisi seni bangunan
kayu dari zaman Islam ini dapat bertahan terus sampai datangnya pengaruh seni
bangunan batu yang dibawa oleh kebudayaan Barat yang masuk di Indonesia. Istana
raja-raja di Solo, Yogya dan Cirebon adalah contoh-contoh bagaimana tradisi
seni bangunan kayu telah mengalami penyempurnaan dengan unsur-unsur seni
bangunan yang berasal dari kebudayaan Barat.