Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Tuesday 30 October 2012

SAYANGKU DALAM PELUKAN



Kau pelita ku yang menerangi disaat gelap ku..
Kau pilar ku yang mampu menjadi pegangan disaat ku goyah..
Kau embun ku disaat ku dalam kegerahan..
Kau payung ku disaat ku tengah kehujanan..
Dan kau adalah kekasihku , yang ku harap kau bisa selalu ada disaat suka dan duka ku.
Kau mampu mengusapkan air mata ku disaat ku menangis, ...
Cegahlah sayang......jangan sampai air mata ku jatuh membasahi bumi..
Hentikanlah langkah ku sayang.....
jangan biarkan ku melangkah ke dalam lubang-lubang yang nantinya akan menjerumuskan ku, di pandang rendah oleh orang lain, terisolasi oleh keadaan..
Aku berharap suatu saat nanti kau bisa menjadi imam yang baik untuk keluarga kita, menjadi panutan anak-anak kita kelak, menjadi sosok ayah yang bertanggung jawab, dan bisa menggandeng kita kelak menuju pintu surga.

By Rizka Umami

“Sampah Membawa Berkah”



Pagi itu pukul 09.30 pagi, hari sabtu (28/10/2012) bertepatan dengan hari sumpah pemuda saya berangkat ke alun-alun Purworejo. Saya berpamitan dengan kedua orang tua untuk minta doa restu, sekalian meminta uang saku untuk jajan hehehe…. (Maklum masih minta)
Mengendarai motor merah Jupiter Z kesayanganku, aku berangkat dari rumah yang terletak tidak jauh dari alun-alun Purworejo tepatnya di dusun Baledono. Awalnya saya hanya berniat untuk mengikuti baksos yang diadakan oleh KAMAPURISKA (Keluarga Mahasiswa Purworejo UIN Sunan Kalijaga). Ya sekalian mengisi liburan siapa tahu ada cewek cantik yang nyantol gitu… Baksos untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-84 di isi dengan kegiatan bersih-bersih lingkungan di sekitar alun-alun Purworejo dan membagikan stiker.
Sesampai di sana saya merasa kecewa terhadap diri sendiri, karena datang saat kawan-kawan KAMAPURISKA sudah melaksanakan setengah dari kegiatan yang diselenggarakan. Coba  datangnya lebih awal pasti akan lebih mengasyikan. Tanpa banyak berfikir langsung saja saya ikut berbaur dengan teman-teman yang lain, untuk ikut memungut sampah bersama teman-teman. Karena keterlambatan, saya sampai tidak ikut berperan menyuarakan isi sumpah pemuda yang sudah dikumandangkan sebelumnya.
Ditengah-tengah kegiatan memunguti sampah, saya melihat beberapa pemulung yang sedang merebahkan badan di kursi yang terbuat dari semen yang berada di gazebo alun-alun. Kerutan di wajahnya menggambarkan kerasnya kehidupan yang dijalaninaya berbaju kusam tak terawatt. Tak lama berselang saya menghampiri pemulung dan berbasa basi untk mengobrol.
“Apakah bapak,ibu mau botol plastik dan kardus bekas???”, tanya saya.
“Iya mas”, jawabnya.
 “oke pak, buk nanti saya dan teman teman akan memilah botol plastik dan kardus untuk bapak dan ibu”.
Setelah itu saya kembali bergabung dengan teman yang lain untuk meneruskan kegiatan memungut sampah di sekitar alun alun Purworejo. Setelah selesai, sampahpun sudah terkumpul banyak, saya dan kawan-kawan langsung memilih botol plastik dan kardus bekas yang sekiranya masih bermanfaat bagi pemulung, sedangkan sampah yang tidak di gunakan langsung di buang ketempat sampah.  saya dan teman saya hantarkan botol plastik dan kardus itu kepada pemulung yang saya temui. “Ini pak sedikit botol plastik dan kardus bekas yang bias saya dan teman-teman kumpulkan” sambil menyerahkan kepada pemulung tersebut. Walaupun hanya berhasil mengumpulkan sedikit botol plastik dan kardus bekas, saya bisa melihat sedikit kebahagiyaan dari raut wajah mereka saat menerimanya. Bapak dan Ibu peulung itu berterimakasi dan mendoakan kami semua, saya menjadi terharu melihat hal itu. Ya, mungkin bagi kita sampah tersebut tidak berarti, tapi bagi mereka itu sebuah harta yang bisa ditukarkan dengan sesuap nasi yang bisa menyambung kelangsungan hidup mereka dan keluarga mereka.
Pelajaran kehidupan yang sangat bermanfaat bagi ku yang bisa saya petik dari pertemuan dengan pemulung itu adalah sesuatu hal yang sangat sepele yang kadang kita remehkan dan kita anggap tak berguna, dimata kita boleh jadi tak berguna tapi bagi orang lain mungkin itu sebuah harta yang berhaga. Kepedulian terhadap lingkungan untuk hidup bersih, dan saling menolong tampa melihat status sosial yang merekat pada diri seseorang.
Penulis adalah salah satu mahasiswa UIN SUKA jurusan PMH (perbandingan mahzab dan hukum) Fak Sary’ah.