Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Thursday 15 November 2018

Kilas sejarah : SEMAUN dan SALIMIN

Semaun, anak tukang batu di jawatan kereta api. Lulusan pendidikan dasar. Umur 19 tahun jadi Ketua Sarikat Islam Semarang. Umur 20 menggalang mogok buruh, dan berhasil menaikkan upah dan uang makan buruh. Umur 21 jadi ketua Partai Komunis Indonesia. Umur 23 diasingkan ke Belanda, dan pernah menjadi mentor untuk Hatta cs di Perhimpunan Indonesia Belanda, lalu pergi ke Uni Soviet. Di Soviet aktif di Komite Eksekutif Komintern, sampai "dibuang" Stalin menjadi untuk membentuk negara boneka Tajikistan. Tahun 1953 dipulangkan Iwa Kusumasumantri (versi lain : Sukarno). Akhir 50-an sampai tahun 1961 mengajar Ekonomi di Universitas Padjajaran.

Alimin. Lahir dari keluarga miskin, sampai akhirnya diasuh oleh G.A.J Hazeu, saat itu Penasehat Urusan Pribumi Hindia Belanda. Pergaulannya di rumah Tjokroaminoto membawanya ke Budi Utomo, Insulinde, sampai akhirnya bergabung dengan ISDV/PKI. Umur 19 tahun menjadi pimpinan cabang Jakarta. Setelah pemberontakan 1926, pergi ke Moskow, lalu ikut Ho Chi Minh mendidik aksi antikolonial di Vietnam, Laos, dan Kamboja. Ikut perlawanan Tentara Merah Cina melawan Jepang. Sampai akhirnya pulang ke Indonesia tahun 1946. Menjadi pahlawan nasional tahun 1964.