Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Saturday 2 April 2011

Ibu Ku tercinta.

PERJALANAN SEORANG IBU
Bissmillahirohmanirrohim, nama saya Sri muryati dengan enam bersaudara tetapi adik – adik saya yang tiga meninggal, saya paling tua sendiri adik saya yang pertama bernama Daryono, adik saya yang ke dua bernama Muryono sekarang bekerja di Bekasi, dan yang paling akhir namanya Nur Habib, saya lahir tepatnya pada tanggal 22 november 1965, pada saat itu indonesia masih negara yang sangat muda sekali masih berumur 2o tahun, masih diperlukan banyak sekali perubahan disana sini penataan sistem politik agar tidak carut marut dan pengaturan keamanan masih perlu ditingkatkan, di desa yang sangat strategis dihimpit berbatasan dengan wilayah kecamatan lain, sehingga jika ingin keluar kecamatan hanya perlu melangkahkan kaki saja. Pogungrejo itulah desa saya yang masih dalam kawasan wilayah kecamatan Bayan dan yang tentunya kabupaten Purworejo, di sebelah selatan agak ketimur berbatasan dengan wilayah kecamatan ngombol tepatnya desa seborokrapayak tetapi masyarakat setempat sering memanggilnya dengan nama desa krapak tidak tau kenapa awal mula dan asal usulnya sehingga nama Krapayak lah yang berkembang di daerah setempat.
Beralih ke sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kecamatan banyuurip dan tepatnya desa seboro pasar, banyak orang memanggilnya dengan sebutan tegalmiring mungkin karena letaknya memang dekat dengan sawah yang agak miring letaknya, yang saya lebih tertarik lagi dengan nama Kecamatannya Banyuurip namanya sangat unik yang mungkin sangat menggangu pikiran banyak orang, banyu itu didaerah saya digunakan sebagai nama air sedangkan urip itu hidup berarti jka digabung menjadi air yang hidup, mungkin itu hanya istilah atau karangan para orang tua dulu tapi yang saya tahu dan saya dengar di wilayah itu memang ada sumber mata air yang sering digunakan banyak orang untuk mengobati orang sakit yang lebih anehnya banyak juga yang sembuh itulah kuasa dari maha pencipta kita tak kan mampu melawannya.
Sejak masih kecil ibu saya (.......)sudah mendidik saya dengan penuh kedisiplinan, setiap hari harus bangun pagi sholat subuh, bersih – bersih seisi rumah, menyapu halaman sudah hal yang wajib bagi saya sebelum berangkat ke sekolah, pelajaran yang sangat berharga yang saya rasakan sampai saat ini, yang coba saya terapkan pada ketiga anak – anak saya, tetapi jaman sudah berubah, kebiasaan anak – anak jaman sekarang berbeda dengan anak jaman dulu, kalau dulu mainan masih banyak dengan dibuat dari tanah liat, pelepah pisang, daun kelapa dan yang lainnya jaman sekarang mana ada yang mau main dengan begituan, sekarang mainannya model – model mobil – mobilan, boneka barbie, ps, kalo anak saya yang terkecil suka main hp saya walaupun hp sudah kuno maklum orang tua buat apa hp baru justru tambah pusing. Berawal dari SD Pogungrejoyang dekat dengan rumah tempat tinggal saya saya memulai pendidikan dasar saya, kala itu saya masih ingat bangunannya masih sangat sederhana tetapi sudah lumayan bagus dan pantas untuk tempat menuntut ilmu.
Tahun 1975 pertama kali saya mencium wanginya bangku pendidikan formal yang masih awam bagi saya, saya mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu TK atau Taman Kanak – kanak mungkin pada tingktat ini masih belum bisa disebut belajar, disana hanya tempat berkumpul sesama anak kecil bermain ini itu dengan ibu guru yang sangat sabar. Tahun kedua di SD Pogungrejo saya naik kelas satu dengan peringkat terbaik disana sudah di ajari membaca, menghitung, mengeja nama seseorang dan lainnya, sehingga saya masih ingat guru – guru saya dulu di SD yang mengajar tanpa kenal lelah, yang pertama Bapak Mantri Suratman guru kelas satu yang berasal dari desa wingko, setiap hari mengayuh sepeda tuanya tanpa mengenal rasa lelah padahal jarak antar rumahnya dengan sekolah cukup jauh tetapi semangatnya luar biasa.
Tahun ketiga saya naik ke kelas dua juga dengan peringkat yang memuaskan, dengan belajar yang giat dan disiplin yang tinggi serta didukung sepenuhnya oleh orang tua saya, saya dapat mencapai hasil yang maksimal, peringkat pertama tidak membuat saya merasa paling tinggi justru menambah semangat saya agar lebih meningkatkannya kembali, di kelas dua ini saya juga masih ingat akan guru saya yang tak kenal lelah guru yang selalu membimbing saya dan teman teman untuk selalu giat dalam belajar yaitu Bapak Suhari,