Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Wednesday 29 June 2011

duh cantik nya


PERJUANGAN SEORANG PEREMPUAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Sejarah Lisan
Dosen pengampu : Drs. Musa, M. SI.
Disusun oleh :
Nur Abdur Razaq ( 09120030 )

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011




Narasumber :
Ibunda Sri Muryati
Tanggal Lahir :
22 November 1965
Alamat :
Pogungrejo, Bayan, Purworejo






PERJUANGAN SEORANG PEREMPUAN
A.  Masa kecil.
Bissmillahirohmanirohim, nama lengkap saya Sri Muryati sering di panggil Sri saja dengan enam bersaudara tetapi adik – adik saya yang tiga meninggal, saya yang paling tua sendiri adik saya yang pertama bernama Daryono, adik saya yang ke dua bernama Muryono sekarang bekerja di Bekasi, dan yang paling akhir namanya Nur Habib, saya lahir tepatnya pada tanggal 22 november 1965, pada saat itu indonesia masih negara yang sangat muda sekali masih berumur 20 tahun, masih diperlukan banyak sekali perubahan disana sini penataan sistem politik agar tidak carut marut dan pengaturan keamanan masih perlu ditingkatkan, di desa yang sangat strategis tempat dimana saya tinggal yang dihimpit dan berbatasan dengan wilayah kecamatan lain, sehingga jika ingin keluar kecamatan hanya perlu melangkahkan kaki saja. Pogungrejo itulah desa tempat dimana saya menetap yang masih dalam kawasan wilayah kecamatan Bayan dan yang tentunya kabupaten Purworejo, di sebelah selatan agak ketimur berbatasan dengan wilayah kecamatan Ngombol tepatnya desa Seborokrapayak tetapi masyarakat setempat sering memanggilnya dengan nama desa Krapyak saja, saya tidak tau kenapa awal mula dan asal usulnya sehingga nama Krapayak lah yang berkembang di daerah setempat.
­­­Beralih ke sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kecamatan Banyuurip dan tepatnya desa Seboropasar, banyak orang memanggilnya dengan sebutan Tegalmiring mungkin karena letaknya memang dekat dengan sawah yang agak miring letaknya, yang saya lebih tertarik lagi dengan nama Kecamatannya Banyuurip namanya sangat unik yang mungkin sangat menggangu pikiran banyak orang, banyu itu didaerah saya digunakan sebagai nama air sedangkan urip itu hidup berarti jka digabung menjadi air yang hidup, mungkin itu hanya istilah atau karangan para orang tua dulu tapi yang saya tahu dan saya dengar di wilayah itu memang ada sumber mata air yang sering digunakan banyak orang untuk mengobati orang sakit yang lebih anehnya banyak juga yang sembuh itulah kuasa dari maha pencipta kita tak kan mampu melawannya.
Sejak masih kecil ibu saya ibunda Muslimah dan Ayahanda Dawami sudah mendidik saya dengan penuh kedisiplinan, setiap hari harus bangun pagi sholat subuh, bersih – bersih seisi rumah, menyapu halaman sudah hal yang wajib bagi saya sebelum berangkat ke sekolah, pelajaran yang sangat berharga yang saya rasakan sampai saat ini, yang coba saya terapkan pada ketiga anak – anak saya, tetapi jaman sudah berubah, kebiasaan anak – anak jaman sekarang berbeda dengan anak jaman dulu, kalau dulu mainan masih banyak dengan dibuat dari tanah liat, pelepah pisang, daun kelapa dan yang lainnya jaman sekarang mana ada yang mau main dengan begituan, sekarang mainannya model – model mobil – mobilan, boneka barbie, ps, kalo anak saya yang terkecil suka main hp saya walaupun hp sudah kuno maklum orang tua buat apa hp baru justru tambah pusing. Berawal dari SD Pogungrejo sekolah dasar yang dekat dengan rumah tempat tinggal saya saya memulai pendidikan dasar saya, kala itu saya masih ingat bangunannya masih sangat sederhana tetapi sudah lumayan bagus dan pantas untuk tempat menuntut ilmu.
B.  Mencium wanginya bangku Sekolah Dasar
Tahun 1975 pertama kali saya mencium wanginya bangku pendidikan formal yang masih awam bagi saya, saya mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu TK atau Taman Kanak – kanak mungkin pada tingktat ini masih belum bisa disebut belajar, disana hanya tempat berkumpul sesama anak kecil bermain ini itu dengan ibu guru yang sangat sabar. Tahun kedua di SD Pogungrejo saya naik kelas satu dengan peringkat terbaik disana sudah di ajari membaca, menghitung, mengeja nama seseorang dan lainnya, sehingga saya masih ingat guru – guru saya dulu di SD yang mengajar tanpa kenal lelah, yang pertama Bapak Mantri Suratman guru kelas satu yang berasal dari desa Wingko, setiap hari mengayuh sepeda tuanya tanpa mengenal rasa lelah padahal jarak antar rumahnya dengan sekolah cukup jauh tetapi semangatnya luar biasa.
Tahun ketiga saya naik ke kelas dua juga dengan peringkat yang memuaskan, dengan belajar yang giat dan disiplin yang tinggi serta didukung sepenuhnya oleh orang tua saya, saya dapat mencapai hasil yang maksimal, peringkat pertama tidak membuat saya merasa paling tinggi justru menambah semangat saya agar lebih meningkatkannya kembali, di kelas dua ini saya juga masih ingat akan guru saya yang tak kenal lelah guru yang selalu membimbing saya dan teman teman untuk selalu giat dalam belajar yaitu Bapak Suhari dari desa Secang kecamatan Grabag kecamatan yang terkenal akan preman – premannya yang sering menjadikan ketakutan menjadi jadi. Beranjak ke kelas tiga dan kelas empat di emban oleh seorang wanita ibunda Sumiati dan ibunda Purwati yang berasal dari desa Krandegan dan dari desa Kedungkamal yang sama – sama masih dalam kecamatan Bayan sama dengan kecamatn tempat saya tinggal, setelah selesai menempuh pelajaran di kelas terakhir saya melanjutkan ke kelas lima dengan nilai yang terbaik rangking satu yang sangat memuaskan, dengan bapak Marsidi dari Tanjunganom sebagai guru kelas kami dengan bangga kami mengikuti jejak beliau dengan disiplin menimba ilmu sebagai modal masa depan kami yang akan datang.
Selesai di jenjang kelas lima saya naik kekelas enam dengan predikat yang terbaik pula, rasanya sangat egois pada teman – teman karena nilai terbaik selalu saya dapatkan tapi harus bagaimana lagi mungkin ini sudah takdirnya, di kelas enam kami para murid di ajar oleh pak Dul Ghofur dari Baledono,  sangat jauh dengan desa tempat SD kami berdiri kalau SD saya bertempat di pinggiran kota yang sepi dan bertaburan padi – padi disawah berbeda dengan desa Baledono desa yang penuh hingar bingar gemerlap keramaian kota karena memang letak desa Baledono dekat dengan pusat dari wilayah kabupaten Purworejo.
Jika di tahun – tahun yang lalu kami para siswa SD Negeri pogungrejo belajar dengan agak santai kini waktu di kelas enam kami diharuskan agar lebih giat dalam belajar dan juga mulai saat itu kami para murid kelas enam di anjurkan agar mulai banyak membaca dan latihan di rumah dengan banyak sekali buku – buku bacaan dan soal sebagai tambahan khasanah keilmuan kami, yang saya masih ingat pada waktu kami mulai di tambah waktu belajarnya yaitu pada waktu sore hari sehabis jam atu siang, walaupun sedang panas – panasnya tapi kami para murid dengan senang hati berangkat ke sekolah, satu tahun di kelas enam terasa sangat cepat sekali hingga ujian akhir sekolah sudah hampir didepan mata sepertinya baru kemarin merasakan bangku sekolah sekarang sudah di penghujung waktu saya dan para teman – teman untuk meninggalkan sekolah ini dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, di hari yang sudah ditentukan kami berperang menghadapi soal – soal yang diberikan dengan kepala berputar, tes yang di ujikan sangat membingungkan dikala itu, setelah ujian selesai kami menerima raport hasil kami belajar selama bertahun tahun di SD Pogungrejo dan pada hari yang telah ditentukan itu semua perasaan para murid kelas enam menjadi tidak menentu akan adanya perasaan lulus atau tidak.
Setelah ibu saya keluar dari ruang kelas saya tidak sabar untuk membuka amplop yang dipegang ibu saya, dengan tergesa – gesa dan dengan penuh rasa penasaran bercampur dengan ketakutan akan ketidak lulusan yang selalu menghantui par siswa. Saya buka amplop dengan sangat perlahan dan hati – hati dengan mengharap agar isi di dalam amplop itu bertuliskan lulus dengan mengucap Bismillahirohmanirohim saya membukanya, serentak dengan terbukanya amplop seberkas senyum dan kegembiraan terpaut di wajah saya rasa syukur alhamdulillah segera saya panjatkan kehadiratnya yang telah mengabulkan permohonan saya selama ini, saking gembiranya saya berteriak sebisanya saya lulus !!! sambil memeluk ibu dan bapak saya secara bergantian, rasa gembira yang tiada tara pada saat itu.
Tak lupa teman – teman yang selalu saling mendukung dalam belajar semuanya lulus, ada Rohyati yang sekarang menjadi seorang penjahit sekaligus seorang petani sukses, Purwati, Nuryanah, Tatinatun Munawaroh, Khomsiam, dan Indah Supriyati yang sekarang menjadi petani yang sukses dan menjadi ibu rumah tangga, sedangkan teman laki – laki, ada Ali Akhyar yang sekarang tinggal di Banjar dan menjadi pedagang konveksi kaos yang sukses dan juga menjadi penghulu untuk kawasan ciamis, Tri irianto seorang pegawai di BCA, setelah mengetahui saya lulus dengan predikat terbaik saya tidak kesusahan dalam mencari sekolah menengah pertama.
C.  Masa liburan sekolah 
Masa – masa liburan saya isi dengan refreshing pemikiran yang tak banyak dikerjakan anak lain, kalu anak – anak senang bermain kesana kemari ada yang pergi keluar kota ada juga yang bermain sampai tak kenal waktu, saya mengisi masa liburan dengan membantu ibu saya di sawah karena sawah yang dimiliki cukup luas dan uang untuk membayar orang untuk mengerjakan sawah tidak ada, secara istiqomah saya membantu sekedarnya disawah menyiangi rumput, mengambili hama padi yang sering menempel di tanaman, kami, saya dan ibu saya selalu berangkat pagi – pagi selain hawa udara yang masih segar juga sekalian berolahraga di pagi hari sehabis subuh kami membawa alat – alat yang diperlukan seperti cangkul untuk menggemburkan tanah dan arit untuk memotong rumput yang sudah panjang – panjang.
Perjalanan kesawah sangat menyenangkan sambil melihat matahari yang sedang malu menampakkan wajahnya saya berdendang dengan riangnya saat itu saya menyukai lagunya abang Rhoma Irama, lagunya sering di siarkan di radio-radio sehingga mudah menghafalnya, musim liburan yang sudah hampir selesai saatnya untuk mulai berpikir lagi semi masa depan. Saya memilih smp yang dekat dengan desa tempat tinggal saya, SMP Pancasila namanya.

D.  Masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Berawal dari rumah saya mengayuh sepeda tua saya dengan penuh semngat, bersama teman-teman saya berangkat ke sekolah pada pagi yang dingin ini, semua masih mengenakan seragam merah putih mereka tampak dari wajah mereka masih sangat polos sekali masih suka  bercanda, dengan membawa stopmap berwarna kuning yang berisi persyaratan pendaftaran siswa baru saya masuk kedalam ruang pendaftaran, setelah menyerahkan semua berkas pendaftaran saya berkeliling melihat-lihat calon sekolah baru saya sembari menambah teman baru. Hari pertama saya masuk sekolah saya masuk pada kelas 1A atau sekarang menyebutnya VII A.
Awal mula masuk SMP memang agak sedikit canggung karena sistem yang dipakai dalam mengajar sudah sangat berbeda, kalau di SD dulu satu kelas di ampu atau di bawa satu orang guru saja tetapi beda kalau di SMP satu mata pelajaran di ampu satu guru, mungkin ini digunakan untuk mengoptimalkan dalam penyerapan pendidikannya. Walaupun menjadi siswa baru saya tidak terlalu sulit dalam mencari teman karena banyak dari teman saya SD dulu dan para teman bermain yang masuk pada SMP yang sama, jadi senang banyak temen dan tidak terlalu sulit buat saya untuk berteman.
Kelas IA memang memang sangat mendukung dalam kegiatan pembelajaran, disamping Bapak dan Ibu Guru yang saling kompeten dan juga saling mendukung kelas IA juga menjadi kelas terbersih dan ter nyaman selama saya mendiami kelas ini. Di akhir catur wulan kalau dulu sekarang namanya semeter saya menempati rangking pertama dan berhasil membanggakan kedua orang tua saya.
Naik ke kelas dua saya menempati kelas II E, kelas ini menurut para kakak kelas saya merupakan kelas yang menempati rangking terburuk dalam kegiatan belajar mengajar, karena dalam sejarahnya kelas ini belum pernah mendapatkan peringkat sepuluh besar dalam SMP Awards yang di selenggarakan setiap tahunnya, tapi walaupun begitu tidak mengecilkan niat saya dalam belajar, singkat cerita saya belajar di kelas ini dengan penuh semangat dan juga dengan penuh cita-cita. Dan akhirnya saya dan juga teman yang lainnya dapat membawa kelas ini dalam peringkat sepuluh besar dalam SMP Awards tahun ini.
Naik ke kelas tiga saya kembali ke kelas A yang masih bertahan memegang kelas terbaik di SMP Awards selama tiga tahun, di kelas A saya belajar dengan sangat lancar semua nya sangat mendukung antara siswa, guru, dan juga sarana prasarana kelas, tiga bulan sebelum masa kelulusan para guru sudah sibuk dengan rencana pembelajaran yang semakin di tingkatkan, jadi mereka menerapkan penambahan jam belajar sehingga kami para siswa kelas tiga khususnya menjadi pulang lebih sore daripada kelas satu dan dua, selama program itu berlangsung saya dan teman-teman sangat kelelahan coba bayangkan saja masuk pagi pulang sore rasanya capek dan berat sekali,tapi saya akan semangat dalam belajar, tidak akan sekali-kalipun mengecewakan orang tua saya yang telah selama ini memperjuangkan pendidikan saya
E.  Ujian Akhir Sekolah
Akhirnya waktu Ujian Akhir Sekolah pun tiba, saatnya kami menentukan nasib kami sendiri, apakah akn bernilai bagus dan memuaskan atau justru memperburuk keadaan karena mendapatkan rangking merah. Hari pertama kami berperang melawan mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya dan teman-teman menganggap cukup mudah karena digunakan untuk sehari-hari di lingkungan sekolah yang formal, walaupun saya di rumah jarang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tetapi berkat pergaulan disekolah yang menggunakan bahasa Indonesia saya menjadi sedikit lebih banyak tahu tentang bahasa negara kita ini.
Melanjutkan di hari yang ke dua mata pelajaran matematika, inilah momok bagi para siswa semua ilmu eksakt yang membuat jatuh ke dalam jurang ketidak lulusan, dengan berbekal les berkali-kali dan harus jatuh bangun pulang sore maka dengan memantapkan diri saya bersiap memerangi soal-soal tersebut, dimulai dari yang termudah dan sampai yang tersulit saya lewati hingga akhirnya bel tanda berakhirnya waktu ujian pun di bunyikan, tteeeet...tteeett....ttteeeett.