Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Monday 13 June 2011

yahoo mail ku

Below are your account detailsPrint Account Details

You will need this information to sign in to Yahoo!7 and to reset your password in case you forget it. Please print and keep this information in a safe place for future reference.

Yahoo!7 ID and Email:jack.rejack@ymail.comBirthday07 March 19911. Security QuestionWhat is the first name of
your favorite uncle?My Answerlekdar2. Security QuestionWhere did you spend your
honeymoon?My AnswerbaliTransfer your contacts to Yahoo! Get started
Ready to experience ‎Yahoo!‎7 Mail?
Contact me occasionally about special offers, promotions and Yahoo!7 features. More information here.
TarumanagaraFrom Wikipedia, the free encyclopedia (Redirected from Tarumanegara)

The territory of Tarumanagara
Capital Sundapura (near Tugu, Jakarta and Bekasi)
Language(s) Sundanese, Sanskrit
Religion Hinduism, Buddhism, Sunda Wiwitan
Government Monarchy
History
- Established 358
- Srivijaya invasion in 650 669
This article is part of the
History of Indonesia series

See also:

Timeline of Indonesian History

Prehistory
Early kingdoms
Kutai (4th century)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (6th–7th century)
Srivijaya (7th–13th centuries)
Sailendra (8th–9th centuries)
Sunda Kingdom (669–1579)
Medang Kingdom (752–1045)
Kediri (1045–1221)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
The rise of Muslim states
Spread of Islam (1200–1600)
Sultanate of Ternate (1257–present)
Malacca Sultanate (1400–1511)
Sultanate of Demak (1475–1548)
Aceh Sultanate (1496–1903)
Sultanate of Banten (1526–1813)
Mataram Sultanate (1500s–1700s)
European colonialism
The Portuguese (1512–1850)
Dutch East India Co. (1602–1800)
Dutch East Indies (1800–1942)
The emergence of Indonesia
National awakening (1899–1942)
Japanese occupation (1942–45)
National revolution (1945–50)
Independent Indonesia
Liberal democracy (1950–57)
Guided Democracy (1957–65)
Start of the New Order (1965–66)
The New Order (1966–98)
Reformasi era (1998–present)
v · d · e


1600-year-old stone inscription from the era of Purnawarman, king of Tarumanagara, founded in Tugu sub-district of Jakarta.Tarumanagara or Taruma Kingdom or just Taruma is an early Sundanese Indianized kingdom, whose fifth-century ruler, Purnavarman, produced the earliest known inscriptions on Java island. The kingdom was not far from modern Jakarta, and according to Tugu inscription Purnavarman apparently built a canal that changed the course of the Cakung River, and drained a coastal area for agriculture and settlement. In his inscriptions, Purnavarman associated himself with Vishnu, and Brahmins ritually secured the hydraulic project.[1]

Tarumanagara existed between 358-669. The earliest known written records of Tarumanagara existence are inscribed monument stones. Inscribed stone is called prasasti in Indonesian language. A prasasti located in a river bed of Ciaruteun river, called Prasasti Ciaruteun, from the fifth century AD, written in Wengi letters (used in the Indian Pallava period) and in Sanskrit language, reports the most famous king of Tarumanagara:

This is the print of the foot soles of the very honorable Purnawarman, the king of Tarumanagara who is very brave and control the world, as those of God Wisnu.

Located nearby is the Prasasti Kebon Kopi I, also called Telapak Gadjah stone, with an inscription and the engraving of two large elephant footprints. The inscription read: These elephant foot soles, akin to those of the strong Airwata (elephant, which God Indra used to ride), belongs to Tarumanagara King who is successful and full of control.

Not only stones testify of the existence of King Purnawarman and his Tarumanagara kingdom. There are also Chinese history sources, since Tarumanagara maintained extended trade and diplomatic relations in the territory stretching between India and China. The Chinese Buddhist Monk Fa Xian reported in his book fo-kuo-chi (414 AD) that he stayed on the island of Yavadi (Java), most probably the western part of Java island, for six months, from December 412 until May 413 AD. He reported that the Law of Buddha was not much known, but that the Brahmans (Hinduism) flourished, and heretics (animists) too.

In the annals of the Sung Dynasty, the king of Ya-va-da (Java) is His Majesty Purnawarman. Those annals also provide documentary evidence of a diplomatic mission sent by Purnawarman, which arrived in China in 435 AD.

kerajaan pajajaran

Kerajaan Pajajaran
Sejarah 0 Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.
Sejarah

Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:

Prasasti Batu Tulis, Bogor

Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi

Prasasti Kawali, Ciamis

Tugu Perjanjian Portugis (padraƵ), Kampung Tugu, Jakarta

Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.




Daftar raja Pajajaran

Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)

Surawisesa (1521 – 1535)

Ratu Dewata (1535 – 1543)

Ratu Sakti (1543 – 1551)

Raga Mulya (1567 – 1579)




Keruntuhan

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200×160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.













sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Pajajaran