Juli 18, 2011
1 Vote
Minggu lalu, ada obrolan menarik
yang saya ikuti nih.. tentang Bendera Negara dan realita yang terjadi di
Indonesia tercinta ini. Malah obrolan ini bisa dibilang semacam anekdot. Lucu
menggelitik. Haha
Karena dalam suasana kursus
Francais, tentu tak salah jika yang dibahas pertama adalah bendera Prancis
dulu. Ada apa dengan bendera negara yang terkenal dengan menara Eiffelnya itu?
Bleu-Blanc-Rouge (Biru Putih Merah)
Hmm.. mari kembali ke pelajaran PPKn
dan Sejarah di SMP dan SMA. Saya yakin teman-teman cenderung tidak
memperhatikan atau mungkin mulai mengantuk saat pelajaran tersebut, tapi paling
ngga pernah dengar kan tentang arti warna bendera itu?
Yuph, ini artinya:
Biru- Liberte (Kebebasan)
Putih- Egalite (Kesamaan)
Merah- Fraternite (Persaudaraan)
Usut punya usut, perhatikanlah pula
bendera Negara berikut
Serupa dengan Prancis bukan? Hanya
di counterclockwise 90° dan jadilah bendera versi horizontal. Bendera
manakah itu? Tak lain tak bukan, penjajah terlama negara kita, Belanda.
Mari putar kembali memori pelajaran
sejarah tentang muasal bendera merah putih. Dalam suatu peristiwa di Kota
Pahlawan , warna biru dari Belanda disobek dan jadilah bendera Indonesia, sang
saka merah putih.
Ada yang aneh di sini? Tidak, sampai
kita melihat dari sudut pandang bendera Prancis. Biru artinya? Kebebasan. Yak,
mungkin sekedar kebetulan, hal itulah yang hilang dari bangsa kita. Tidak hanya
selepas proklamasi kita kembali diserang penjajah, tapi sampai saat ini pun
bangsa kita tak pernah bebas dari cengkeraman pengaruh asing. Dari pemerintahan
sampai lifestyle kita didikte oleh bangsa asing. Ketahuilah bahwa bangsa kita
belumlah layak menyandang kata bangsa yang “bebas”.
Baik sekarang kita beralih dulu
dengan sudut pandang maknawi versi kita sendiri. Konon sederhananya, merah
berarti berani dan putih berarti suci. Karena pemisahan secara horizontal tidak
vertical, mengesankan ada sesuatu yang diprioritaskan terlebih dulu. Merah di
atas putih. Realita yang berkenaan dengan itu?
Kebetulan lagi atau tidak, bangsa
kita memang memprioritaskan keberanian dulu di banding kesucian (kebenaran).
Tak perlu jauh-jauh sampai proses tawuran dalam pertandingan sepakbola. Kita
liat dari sisi aparat penegak hukum saja, yah main tangkap dan hajar saja,
benar atau salah, adil atau engga, itu urusan belakangan. Tampaknya mental
“senggol bacok” mulai mengental di jiwa bangsa kita. Merespon secara over dan
merendahkan kebenaran yang belum terungkap. Merah di atas putih.
Oke, itu diliat dari versi sendiri.
Coba kita liat dari sudut pandang versi Prancis. Merah berarti persaudaraan dan
putih berarti kesamaan. Kalau di Prancis pembagian warnanya vertical (tidak ada
warna yang lebih di atas), berarti kebebasan-kesamaan-persaudaraan mereka
junjung secara merata. Nah, kalau merah putih kita, mungkin bisa diartikan
secara mentah sebagai “persaudaraan” di atas “kesamaan”. Realita uniknya?
Banyak petinggi bangsa ternyata
mengaplikasikannya secara mentah-mentah! Persaudaraan di atas kesamaan = sudah
pasti, Nepotisme. Yah, saudara dulu lah yang didahulukan, masalah sosial urusan
belakang. Konon itulah yang terjadi di rezim yang berkuasa 30 tahun lebih di
Negara kita, dan tanpa harus menyalahkan suatu pihak, toh budaya itu juga masih
kerap terjadi sekarang.
Realita yang pas, bukan?
Nice but ironic? Or ironic but nice?
**