Oleh: Rahman Soleh, S. Hum
I.
PENDAHULUAN
Asia
Tengah merupakan daerah yang membentang dari laut Kaspia di sebelah barat
sampai Cina di sebelah timur, dari perbatasan Rusia di utara sampai perbatasan
Pakistan dan Iran di sebelah selatan. Dua sungai besar mengalir menuju danau
Aral ( Khorezm ) yaitu Sungai Amu Daria atau Oxus di sebelah barat daya dan Syr
Daria di sebelah timur.
Membahas
Asia Tengah tentunya tidak bisa dilepaskan dari suku bangsa yang terkenal yaitu
Mongol, dengan perannya yang begitu besar bagi kemajuan Islam, meskipun sebelum
masuk Islam bangsa Mongol ini suatu bangsa yang ditakuti karena kekejamannya
dalam memporak-porandakan dunia Islam di Banghdad.
Daerah Asia Tengah ini sebagian besar
terdiri dari pegunungan dan gurun serta stepa. Pertanian ladang dan
pengembalaan ternak menjadi penghidupan utamanya. Daerah-daerah subur terdapat
pada lembah disekitar sungai Oxus ( Amu Darya ) dan Jaxartes ( Syr Daria ),
tempat berdirinya kota-kota Bukhara, Samarkand dan Khiva.[1]
Kondisi secara umum di Asia Tengah ini
merupakan daerah yang cukup potensial, baik dalam bidang ekonomi, politik
maupun agama, karena daerah tersebut di topang oleh suku bangsa yang terkenal
dengan kegigihan ekspansinya. Salah satu hal inilah yang menjadi menarik untuk
mengkaji tentang kondisi Asia Tengah menjelang masuknya Islam ke daerah
tersebut.
II.
PEMBAHASAN
A. Kondisi umum Asia Tengah
Sejarah
panjang Asia Tengah, dengan kondisi masyarakatnya yang beragam suku bangsa,
bahkan suku-suku bangsa tersebut senang terhadap pengembaraan untuk mencari
daerah-daerah yang subur sebagai tempat tinggalnya. Salah satu contoh dari Asia
Tengah yang cukup berhasil melalang buana ke Eropa maupun ke Afrika adalah
bangsa yang berasal dari daearah Kaukasus di Asia Tengah, dimana kemudian
bangsa tersebut terkenal dengan sebutan bangsa Berber. Suku bangsa ini
telah berkelana sampai ke Eropa Utara, sebagian keperbatasan Eropa Timur, pada
tahun sebelum masehi.[2]
Masyarakat daerah ini juga terdiri dari
suku-suku Turki di sebelah barat, Mongol di sebelah timur dan Iran di sebelah
selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang
tinggal di sini dan juga suku-suku bangsa lain yang tinggal dari daersah-daerah
lain. Sejak abad ke 10 M sampai dengan abad ke 14 M, suku-suku Turki banyak
yang beremigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab begitu juga sebaliknya
para pedagang Persia dan para pemimpin Arab berdatangan ke negeri ini.
Sejak lama negeri ini di lewati jalan
sutra (The Silk Road atau The Silk Route) yakni jaringan sistem
perjalanan darat sepanjang 7000 mil yang merupakan jalan besar untuk transport
barang-barang dan pengetahuan dari Jepang, Korea, Cina, Asia Tengah, India
Utara, Timur Tengah, Eropa dan begitu juga sebaliknya. Jaringan ini mulai
beroperasi pada abad ke 5 SM dan berakhir pada abad ke 15 M. Rentang waktu yang
cukup panjang ini hampir selama dua Millenium membentuk perjalanan sejarah bagi
Eropa dan Asia. Sejarah jaringan ini mendapatkan namanya dari pengiriman Sutera
dari Cina ke Eropa meliwati Asia Tengah. Pada awalnya Cina memberikan sutera
sebagai hadiah kepada pemerintah-pemerintah Asia dan Romawi.[3]
Kemudian pada perkembangan selanjutnya hubungan Asia-Eropa terputus oleh
berbagai kendala dan sebab. Namun setelah kemunculan kekuatan mongol di Asia,
jalur sutera tersebut dihidupkan kembali. Hasil kebudayaan Cina di Impor oleh
pedagang Arab seperti kain sutera, kertas, amunisi, mesin cetak dan kompas ke
Afrika, Eropa dan Asia Barat. Dari Eropa mereka impor berbagai barang dan
penemuan-penemuan baru. Dari Afrika mereka mendatangkan para budak dan emas.
Sehingga dengan hubungan yang sedemikian erat antara negara-negara yang
terdapat di Asia Tengah dengan Eropa, Afrika maupun dengan Arab setidaknya
telah membawa adanya perubahan baru di dunia politik, ekonomi, budaya maupun
agama.[4]
Untuk tujuan perjalanan ini pula, Unta
di jinakan dan di pelihara. Karena kegiatan perdagangan ini memberikan banyak
keuntungan kepada para perantara, sehingga persaingan pun tidak bisa di hindari
dan bahkan sering menimbulkan peperangan diantara para perantara. Bagian
terpanjang dari jaringan ini terletak di Asia Tengah, kota-kota yang
dilewatinya antara lain Merv, Bukhara, Samarkand. Sebagian dari wilayah Asia
Tengah yakni daerah sebelah Timur Laut sungai Jihun/Oxus dikenal dengan nama
Ma’wara al-Nahr ( negeri seberang sungai ) atau biasa diucapkan menjadi
Mavaranahr.[5]
B. Kondisi Asia Tengah Menjelang Masuknya Islam
Situasi awal menjelang masuknya Islam
ke Asia Tengah, kondisi dunia sedang kacau penuh dengan huru-hara dan fitnah.
Ada dua superpower di dunia yang menguasai saat itu seperti yang di
ungkapkan Hamka dalam bukunya Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, menyatakan
bahwa dua kekuatan tersebut adalah Romawi Timur dan Sasania (Asia Tengah dan
Barat Daya) yang selalu berperang satu sama lain.[6] Sehingga dapat di analisa bahwa di
Asia Tengah kondisi perpolitikannya sudah mengakar kuat pada daerah-daerah
tertentu khususnya yang dilewati jalan sutera. Selain itu juga kondisi ekonomi
masyarakatnya ketika menjelang Islam daerah tersebut sempat mengalami
keterpurukan karena adanya masalah perdagangan antara Asia dan Eropa. Namun
akhirnya jalan sutera tersebut kembali normal setelah lahirnya bangsa Mongol
yang mengusai Asia Tengah dan sekitarnya. Sedangkan kondisi sosial masyarakat
di daerah-daerah tertentu masih hidup sederhana seperti yang ada di hutan
Siberia dan Mongolia Luar diantara gurun pasir Gobi dan Danau Baikal, mereka
masih hidup nomaden dengan tinggal di perkemahan. Kemudian dari daerah ini
lahir sebuah bangsa Mongol yang dalam sejarahnya pernah mengacaukan dunia Islam,
tetapi pada akhirnya sesudah masuk Islam, jasa-jasa mereka sangat besar bagi
perkembangan Islam di Asia Tengah dan sekitarnya.
Dalam membahas kondisi Asia Tengah ini
setidaknya menyinggung sedikit tentang asal usul bangsa Mongol, agar
keberlangsungan sejarah Islam di Asia Tengah tidak kabur. Dalam catatan
sejarah, Mongol di mulai hanya pada akhir abad ke dua belas dan awal abad ke
tiga belas masehi. Tampaknya pada mulanya Mongol itu suatu masyarakat hutan,
yang mendiami hutan Siberia dan Mongol Luar, di sekitar danau Baikal, bukanya
kaum nomad stepa, meskipun pada mulanya penampilan mereka dalam sejarah adalah
penaklukan-penaklukan dari stepa.[7]
Bangsa Mongol pada awalnya mereka masih
memeluk ”agama” kuno sekali yaitu penyembahan benda-benda alam dan ruh-ruh,
Syamanisme.[8]
Namun, kemudian ada sebagian kecil mereka menganut cabang Nestoria (sekte
Nasrani) dan Samanniah. Bangsa ini merupakan salah satu anak rumpun dari bangsa
Tartar, yang kemunculanya bersamaan dengan bangsa Han. Di Asia Tengah mereka
terkenal dengan bangsa Tartar.
Mongol seperti bangsa nomad lainya,
mereka hidup dalam pengembaraan dan tinggal di perkemahan. Kehidupan mereka
sangat sederhana dengan memburu binatang, mengembala domba serta budaya
merampok sudah menjadi perilaku umum bagi mereka. Salah satu yang menonjol dari
mereka adalah adanya kepatuhan terhadap pemimpin atau kepala sukunya.[9]
III. PENUTUP
Kesimpulan
Asia Tengah merupakan wilayah yang
menjadi jalur perlintasan perdagangan anatar Cina, Eropa, Afrika maupun Arab.
Jalur perdagangan ini terkenal dengan nama jalan sutera karena komoditas utama
yang di perdagangkan adalah kain sutera meskipun ada barang-barang lainnya.
Kondisi Asia Tengah sejak dahulu sudah terkenal dengan suku bangsanya yang suka
mengembara ke wilayah lain mencari tempat-tempat yang subur untuk di tinggali.
Salah satu suku bangsa yang terkenal dari Asia Tengah adalah suku bangsa yang
kemudian disebut sebagai suku bangsa Berber ( sebutan bagi suku bangsa lain di
luar Byzantium ). Mereka datang berkelana ke Eropa bahkan sampai ke Afrika.
Selain itu juga di Asia Tengah terdapat beberapa suku bangsa lain yang mendiami
Asia Tengah seperti suku bangsa Turki, Mongol dan Iran.
Hubungan Asia Tengah dengan Timur
Tengah sudah terjalin lama dengan adanya perdagangan tersebut. Sehingga
wilayah-wilayah yang dilalui jalur perdagangan menjadi lebih maju di banding
dengan daerah-daerah pedalaman lainnya di Asia Tengah.
Pada perkembangan selanjutnya yaitu
akhir abad ke duabelas sampai awal ketiga belas lahirlah suku bangsa Mongol
yang memberikan konstribusi besar bagi perkembangan Islam selanjutnya meskipun
dahulunya merupakan penghancur peradaban Islam di Banghdad.
DAFTAR PUSTAKA
Bosworth, C.E. Dinasti-Dinasti Islam.Bandung:
Mizan,1980
Karim,Abdul. Islam Di Asia Tengah.Yogyakarta:
Bagaskara, 2006
---------. Sejarah Pemikaran Dan Peradaban Islam.Yogyakarta:
Pustaka Book
Publisher, 2007
Maryam, Siti,dkk. Sejarah Peradaban Islam “Dari Masa
Klasik Hingga Modern”.
Yogyakarta:
LESFI, 2004
Tohir,Muhammad. Sejarah Islam Dari Andalusia Sampai
Indus. Jakarta:Pustaka
Jaya,1981
No comments:
Post a Comment
kasih komentar balik yah......