ISLAM
TRANSISI DI INDIA (MUGHAL-AFGHAN)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Asia
Selatan
Dosen Pengampu : Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A
Oleh :
Nur Abdur Razaq (09120030)
M Romi Ahfadh (09120031)
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU
BUDAYA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Sekilas Wajah Peradaban Islam di India,
Kemunduran kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, tidak memungkinkan Islam
menaklukkan seluruh daratan Asia, khususnya China dan Mongolia. Sebaliknya,
dengan kegagahan yang mengalir dalam darah Mongol mampu meluluhlantakkan
Baghdad. Ternyata, dengan penyerangan inilah, Islam masuk ke jiwa-jiwa
pemberani tersebut. Banyak pembesar kerajaan Mongol yang memeluk agama Islam.
Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis Khan, Changtai,
merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Karena Babur adalah keturunan
Raja Changtai. Dinasti Ilkhan (1256-1335 M) yang didirikan oleh cucu Jengis
Khan, Raja ke-7, Ghazan, juga seorang Muslim dan pada masanya, Ilkhan mencapai
kejayaan. Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah atau sebutan lainnya Mogul )
adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya memerintah Afghanistan,
Balochistan, dan kebanyakan anak Benua India
antara 1526 dan 1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur,
pada 1526 . Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti Mughal
berdiri tegak selama kurang lebih tiga abad (1526–1858 M) di India. Dalam kurun
waktu tersebut, Islam telah memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat
yang mayoritas memeluk agama Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran Islam warisan
Dinasti Mughal memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam
Pakistan tidak terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut.
Rumusan masalah :
1.
Asal usul Dinasti Mughal.?
2.
Masa Kejayaan dan Kemunduran Mughal.?
3.
Dinasti Afghan.?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-Usul Kerajaan Mughal.
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan
Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di
India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia tengah bernama Zahiruddin
Muhammad Babur (1482-1530 M)[1].
Salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan yang
telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah. Kerajaan ini berdiri pada
saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia
kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara
adikuasa di Dunia. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa
Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih
berusia 11 tahun. Setelah naik tahta ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai
seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu.
Saat itu Ibrahim Lodi, penguasa India, di landa krisis
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Daulah Khan, Gubernur Lahore
dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan pembangkangan pada tahun 1524
terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta bantuan Babur untuk merebut
Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal
memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh-sungguh
membantu mereka.
Ketidak seriusan Babur menimbulkan kecurigaan di mata Daulah
Khan dan Alam Khan, sehingga keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu
tidak disia-siakan Babur, ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua
kekuatan tersebut. Daulah Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan, Lahore
dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan hingga
mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim maka terjadilah
pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam
pertempuran itu[2].
Babur memperoleh kemenangan yang amat dramastis dalam pertempuran Panipat I
(1526 M) itu, karena hanya dengan didukung 26.000 personel angkatan perang, ia
dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang di dukung oleh 100.000 personel dan
1.000 pasukan gajah. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan
pemerintahannya disana, dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para
penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat
tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India
tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru.
Menyebabkan putra Babur yang bernama Humayun melarikan diri India Utara ke Sind
dan kemudian ke Afghanistan selama lima belas tahun. Hanya kelemahan para
pengganti shir syah itulah yang memberikan kesempatan bagi Humayun untuk
kembali serta tinggal di Delhi dan Agra[3].
Pada tahun 1530 M Babur meninggal Dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah
selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun, putra sulung Babur dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi
tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M)
negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Pada tahun 1539
M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Hamayun
mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Persia.[4]
Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang
musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan
Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India
dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu ia
meninggal Dunia (1556 M). Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh
anaknya yang bernama Akbar.
B.
Masa Kejayaan Kerajaan Mughal.
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Sultan
Jalaludin Muhammad Akbar (1556-1605). Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia
berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam
Kahan, seorang Syi’i[5].
Pada masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk
memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di
Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra.
Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan
dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan
ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai
penuh (Mahmudunnasir, 1981:265-266).
Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan
yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar
mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah[6].
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar, keberhasilan
yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir,
Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar
dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa
aman dan damai.
Pada masa Akbar,
perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik,
di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama,
yaitu konsep Din-i-Ilahi, sinkretisnya memperlihatkan keingintahuan tentang
intelektual yang mendalam dalam agama-agama pada umumnya. Orang-orang Hindu
lebih berpartisipasi darpada biasanya dalam pemerintahan dan dalam mengarahkan
jalannya kekaisaran dibawah Akbar itulah system pemerintahan kekaisaran
terbentuk, dan dia mempersatukan berbagai etnis kedalam suatu kelas penguasa,
yang meliputi orang Turki, Afghan, Persia dan Hindu[7].
Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal
menjadi salah satu Negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan
jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang
tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi. Kemantapan
stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa
kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal
dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan
tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian, bersamaan
dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya
seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan penyair
istana, berbahasa Persia dan India. Penyair India yang terkenal adalah Malik
Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat, sebuah karya
alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb,
muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan
Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure
pemimpinnya.
Karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan
merupakan karya seni terbesar yang dicapai oleh kerajaan Mughal adalah
karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar di bangun
istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjid-masjid yang indah. Pada masa
Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid
Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
C.
Masa Kemunduran Kerajaan Mughal.
Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak
kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran
yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini
memasuki masa-masa kemunduran, kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinan di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India
Tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin
mengancam. Sementara itu para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir
menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin
kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan
pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari
tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran
puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), Kesultanan Mughal diperintah
oleh generasi-generasi yang lemah. Hingga 1858 M, Sultan-sultan Mughal tidak
mampu lagi mengendalikan wilayah yang cukup luas dan kekuatan local Hindu yang
sangat dinamis, selain karena konflik internal yang memperebutkan kekuasaan.
Diantar Sultan-sultan itu adalah Bahadur syah(1707-1712 M), Azimusyah
(1712-1713 M), Farukh Siyar (1713-1719 M), dan Muhammad Syah (1719-1748 M).
sekalipun pada periode ini dilakukan restorasi, tetapi upaya itu tetap tidak
bisa mengembalikan kewibawaan Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir II (1754-1759
M), Syah Alam (1761-1806 M), dan Akbar II (1806-1837 M). semua kekuasaan
semakin menunjukkan gejala-gejala stagnasi. Bahkan, tidak sedikit yang kemudian
menunjukkan kemelorotannya, apalagi setelah kuatnya organisasi dagang Inggris mulai
bermain di wilayah ini.[8]
D.
Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran
Kerajaan Mughal.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti
Mughal ini mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada
tahun 1858 M adalah:
1.
Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan
pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan
buatan Mughal itu sendiri.
2.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di
kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.
3.
Semua pewaris kerajaan pada masa
terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak
mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
4.
Banyak terjadinya pemberontakan
sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan
Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari
kekuasaan Mughal.
5. Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan
dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam
mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.
E.
Berdirinya Dinasti Afghan.
Kaum afghan memainkan peranan penting dalam masalah Persia
selama tahun-tahun kemunduran Shafawiyyah, menguasai dan meduduki Persia selama
dekade ketiga dari abad ke delapan belas meskipun Nadir Syah mengahiri dominasi
Afghan dia merekrut banyak sekali orang Afghan menjadi tentaranya. Salah
seorang panglima terkemukanya adalah Ahmad Khan, yang berasal dari Sadozaiy.
Ketika Nadir dibunuh pada tahun 1747 M, para prajurit Afghan memilih Ahmad
sebagai Syah mereka dan dia bergelar Durr-I
Durram (Mutiaranya mutiara), dan dari sinilah nama dinasti ini diambil. Di
Khurasan Ahmad mendirikan protektorat untuk seorang keturunan Nadir, sibuta
Syah Ruh.
Dengan tidak lagi dikuasainya wilayah India, kerajaan Afghan
itu menjadi suatu unit yang secara geografis compact yang meliputi daerah
gunung dan tanah dataran tinggi Afghanistan, kesatuan ini membuat Afghanistan
tetap utuh pada abad dua puluh, meskipun Persia menyerang Heart, Rusia
melakukan penekanan di utara dan dua kali berperang melawan Inggris. Dost
Muhammad tak tergoda untuk campur tangan di India dan tetap masa bodoh terhadap
perkara pemberontak dalam pemberontakan India. Abdurrahman Khan membina
hubungan serasi dengan kekuatan-kekuatan besar ini hanya terputus lantaran
penyimpangan yang dilakukan Amanullah 1919 M. yang upayanya terlalu
tergesa-gesa untuk melekukan westernisasi, dan tahtapun beralih ke keluarga
para pemilik tahta saat ini.[9]
BAB III
KESIMPULAN
Mughal merupakan kerajaan Islam di
anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun
1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia
tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam terakhir yang memerintah di India,
sebelum akhirnya di kuasai oleh imperialis dari Inggris. Di mana bangsa Inggris
ini masuk pada masa sultan Syah Alam II. Yang pada awalnya meminta perlindungan
kekuatan terhadap pemerintahan Inggris. Karena ketamakan dari bangsa Inggris
ini, akhirnya kerajaan Mughal berkahir pada sultan Bahadur Syah II.
Banyak hal yang diberikan
oleh orang-orang mughal dalam peradaban Islam di India. Arsitektur-arsitektur
bangunan yang mengkombinasikan antara peradaban Islam dan Hindu. Mughal mampu
mengembangkan Islam di daerah mayoritas agama Hindu dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Thohir, Ajid. Islam Di Asia
Selatan. Humaniora, Bandung: 2006.
Boswort, C.E. Dinasti-dinasti Islam: Mizan, Bandung: 1993.
http://h5hclimacus.blogspot.com/2011/04/asal-usul-kerajaan-mughal.html
[1]
Ajid Thohir, Islam di Asia Selatan,
(Bandung: Humaniora, 2006), hlm 93.
[2] Ibid, 93.
[3] C.
E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam (Bandung:
1993), hlm 236.
[4]
Ajid Thohir, Islam di Asia Selatan,
(Bandung: Humaniora, 2006), hlm 95.
[5] http://h5hclimacus.blogspot.com/2011/04/asal-usul-kerajaan-mughal.html
[6]
Ajid Thohir, Islam di Asia Selatan,
(Bandung: Humaniora, 2006), hlm 96.
[7] C.
E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam (Bandung:
1993), hlm 237.
[8] Ibid, hlm 104.
[9] Ibid, hlm 241.
No comments:
Post a Comment
kasih komentar balik yah......