Pagi
itu pukul 09.30 pagi, hari sabtu (28/10/2012) bertepatan dengan hari sumpah
pemuda saya berangkat ke alun-alun Purworejo. Saya berpamitan dengan kedua
orang tua untuk minta doa restu, sekalian meminta uang saku untuk jajan hehehe….
(Maklum masih minta)
Mengendarai
motor merah Jupiter Z kesayanganku, aku berangkat dari rumah yang terletak
tidak jauh dari alun-alun Purworejo tepatnya di dusun Baledono. Awalnya saya
hanya berniat untuk mengikuti baksos yang diadakan oleh KAMAPURISKA (Keluarga
Mahasiswa Purworejo UIN Sunan Kalijaga). Ya sekalian mengisi liburan siapa tahu
ada cewek cantik yang nyantol gitu… Baksos untuk memperingati hari Sumpah Pemuda
yang ke-84 di isi dengan kegiatan bersih-bersih lingkungan di sekitar alun-alun
Purworejo dan membagikan stiker.
Sesampai
di sana saya merasa kecewa terhadap diri sendiri, karena datang saat
kawan-kawan KAMAPURISKA sudah melaksanakan setengah dari kegiatan yang
diselenggarakan. Coba datangnya lebih
awal pasti akan lebih mengasyikan. Tanpa banyak berfikir langsung saja saya
ikut berbaur dengan teman-teman yang lain, untuk ikut memungut sampah bersama
teman-teman. Karena keterlambatan, saya sampai tidak ikut berperan menyuarakan
isi sumpah pemuda yang sudah dikumandangkan sebelumnya.
Ditengah-tengah
kegiatan memunguti sampah, saya melihat beberapa pemulung yang sedang
merebahkan badan di kursi yang terbuat dari semen yang berada di gazebo
alun-alun. Kerutan di wajahnya menggambarkan kerasnya kehidupan yang
dijalaninaya berbaju kusam tak terawatt. Tak lama berselang saya menghampiri
pemulung dan berbasa basi untk mengobrol.
“Apakah bapak,ibu mau botol
plastik dan kardus bekas???”, tanya saya.
“Iya mas”, jawabnya.
“oke pak, buk nanti saya dan teman teman akan
memilah botol plastik dan kardus untuk bapak dan ibu”.
Setelah
itu saya kembali bergabung dengan teman yang lain untuk meneruskan kegiatan
memungut sampah di sekitar alun alun Purworejo. Setelah selesai, sampahpun
sudah terkumpul banyak, saya dan kawan-kawan langsung memilih botol plastik dan
kardus bekas yang sekiranya masih bermanfaat bagi pemulung, sedangkan sampah
yang tidak di gunakan langsung di buang ketempat sampah. saya dan teman saya hantarkan botol plastik
dan kardus itu kepada pemulung yang saya temui. “Ini pak sedikit botol plastik
dan kardus bekas yang bias saya dan teman-teman kumpulkan” sambil menyerahkan
kepada pemulung tersebut. Walaupun hanya berhasil mengumpulkan sedikit botol
plastik dan kardus bekas, saya bisa melihat sedikit kebahagiyaan dari raut
wajah mereka saat menerimanya. Bapak dan Ibu peulung itu berterimakasi dan
mendoakan kami semua, saya menjadi terharu melihat hal itu. Ya, mungkin bagi
kita sampah tersebut tidak berarti, tapi bagi mereka itu sebuah harta yang bisa
ditukarkan dengan sesuap nasi yang bisa menyambung kelangsungan hidup mereka
dan keluarga mereka.
Pelajaran
kehidupan yang sangat bermanfaat bagi ku yang bisa saya petik dari pertemuan
dengan pemulung itu adalah sesuatu hal yang sangat sepele yang kadang kita
remehkan dan kita anggap tak berguna, dimata kita boleh jadi tak berguna tapi
bagi orang lain mungkin itu sebuah harta yang berhaga. Kepedulian terhadap
lingkungan untuk hidup bersih, dan saling menolong tampa melihat status sosial
yang merekat pada diri seseorang.
Penulis
adalah salah satu mahasiswa UIN SUKA jurusan PMH (perbandingan mahzab dan
hukum) Fak Sary’ah.
lanjutkan......
ReplyDelete