Suasana Halal Bihalal di desa
Pogungrejo, Purworejo
Tugas ini disusun untuk memenuhi
tugas
Mata kuliah
: Islam
Dalam Kebudayaan Jawa
Dosen pengampu : Bapak. Mundzirin yusuf
Disusun
oleh :
Nur Abdur Razaq ( 09120030 )
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
BAB
I
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar,
suara takbir menggema di seantero desa pogungrejo, suara petasan pun ikut
menyemarakkan lebaran kali ini, petasan dari ukuran yang terkecil, sedang dan
yang paling besar di jual dengan harga yang relatif terjangkau, sehingga banyak
anak-anak yang menylakannya, di tengah pagi buta sekitar jam empat dimulai dari
sholat subuh yang berjamaah di mushola kecil samping rumah yang dilanjutkan
dengan takbir yang ber talu-talu, sehabis sholat para ibu-ibu rumah tangga
mulai bersiap menata cemilan- yang akan di hidangkan untuk para tamu nanti.
Suara takbir telah menggema dari tadi malam
allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, laillahailallahuallahu akbar, allahu
akbar wa lillahilham, suara takbir sahut menyahut menyambut hari raya Iedul
fitri, kami warga masyarakat pogungrejo tak kurang dari jam tujuh pagi waktu
setempat telah memenehi masjid Miftahul huda yang berdiri kokoh sejak jaman
belanda itu, kami menunggu para jamaah yang akan datang dengan selalu
mengumandangkan takbir allahu akbar, allahu akbar.
Sholat Iedul fitri dimulai sekitar pukul
delapan pagi dan semua jamaah sudah siap berdiri untuk berkomunikasi dengan sang
illahi, seketika ruangan di masjid Miftahul huda menjadi lebih tenang dan yang
terdengar suaranya hanya sang imam yang sedang membaca lafal–lafal alqur’an dalam sholat, sesekali
terdengar anak kecil yang sedang guyonan kecil di deretan paling belakang,
sholat terdiri dari dua rekaat yang memiliki takbirotul ihrom sebanyak tujuh
kali rekaat pertama, dan lima kali pada rekaat ke dua, ditambaah dengan doa
kunud pada rekaat terakhir.
Selesai sholat Iedul fitri selesai dilanjutkan
dengan pembacaan khotbah oleh pak kiiayi atau sesepuh desa Pogungrejo sendiri,
dalam ringkasan khotbah tersebut terselip hikmah untuk saling memaafkan sesama
orang muslim, dan juga keutamaan daripada menyambung tali shilaturahmi. Selesai
membaca khotbah di ikuti dengan do’a-do’a agar dapat menjumpai romadhon tahun
depan kami berdiri dan dengan seperti anak kecil main ular-ularan kami berjalan
berjabat tangan, terus berjalan sambil berdesak-desakan.
Suara takbir dan suara tek dur (bedug)
mengiringi kami bersalaman ular-ularan di dalam masjid, sampai pada jamaah
terakhir kami bersama-sama pergi ke kuburan untuk membacakan doa kepada yang
sudah meninggal agar diberikan ampunan, pagi itu suasana di kuburan (sangat
ramai) kontras dengan biasanya yang sangat sepi, ini di manfaat kan oleh para
pedagang bunga yang menjajakkan bunganya di pinggir-pinggir pemakaman, dengan
adanya Iedul fitrie ni mereka meraup keuntungan yang tidak sedikit, suara di
pemakan terdengar seperti suara nyanyian yang susul menyusul, kalimat tahlil,
tahmid, dan yang lainnya di lafalkan dari para peziarah tersebut.
Sepulang dari pemakaman kami pulang untuk
memulai acara kita yang paling final yaitu halal bi halal ke rumah-rumah
tetangga sekitar, di awali dengan minta maaf kepada simbah, bapak, ibu, kakak,
dan adik, dengan melafalkan kalimat paring mirah mbah (sebutan orang yang akan
kitai permohonan maaf) sedoyo kalepatan saking arah menopo kawulo nyuwun
pangapunten, mugio saged kalebur ing dinten radin niki, setelah itu sang mbah
juga melafal kan kalimat jawaban dengan panjang sekali sampai tangan terasa
pegal.
Setelah sanak family di rumah selesai, di
lanjutkan ke rumah tetangga yang lebih dekat dulu, ternyata di luar sudah
banyak sekali orang-orang yang berjalan berhalal bi halal bersama teman, orang
tua, ada juga yang dengan camer (calon mertua), sempat sesekali di rumah
tetangga sampai menunggu dengan sangat lama mengambil antrian untuk berhalal
bihalalan, sehingga ada cara yang agak unik yaitu dengan cara menjamak nya
(menggabungkan dengan yang awal), sehingga waktu lebih cepat dan efisien.
Tak cukup satu hari untuk berkeliling
mendatangi rumah tetangga satu per satu sehingga dilanjutkan di hari yang ke
dua, hari yang ke tiga dan ke empat digunakan untuk mendatangi sanak family
yang jarak nya agak jauh dari rumah, hari raya Idul fitri telah memberikan
pencerahan bagi kami warga muslim untuk selalu menjaga silaturahmi dan ke
solidan di antara warga masyarakat.
No comments:
Post a Comment
kasih komentar balik yah......