Sastra, Opini, Selasar, Profil, just for you,

Wednesday, 5 October 2011

Suasana Halal Bihalal di desa
Pogungrejo, Purworejo
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Islam Dalam Kebudayaan Jawa
Dosen pengampu : Bapak. Mundzirin yusuf

Disusun oleh :
Nur Abdur Razaq ( 09120030 )


JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011



                                                         BAB I
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, suara takbir menggema di seantero desa pogungrejo, suara petasan pun ikut menyemarakkan lebaran kali ini, petasan dari ukuran yang terkecil, sedang dan yang paling besar di jual dengan harga yang relatif terjangkau, sehingga banyak anak-anak yang menylakannya, di tengah pagi buta sekitar jam empat dimulai dari sholat subuh yang berjamaah di mushola kecil samping rumah yang dilanjutkan dengan takbir yang ber talu-talu, sehabis sholat para ibu-ibu rumah tangga mulai bersiap menata cemilan- yang akan di hidangkan untuk para tamu nanti.
Suara takbir telah menggema dari tadi malam allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, laillahailallahuallahu akbar, allahu akbar wa lillahilham, suara takbir sahut menyahut menyambut hari raya Iedul fitri, kami warga masyarakat pogungrejo tak kurang dari jam tujuh pagi waktu setempat telah memenehi masjid Miftahul huda yang berdiri kokoh sejak jaman belanda itu, kami menunggu para jamaah yang akan datang dengan selalu mengumandangkan takbir allahu akbar, allahu akbar.
Sholat Iedul fitri dimulai sekitar pukul delapan pagi dan semua jamaah sudah siap berdiri untuk berkomunikasi dengan sang illahi, seketika ruangan di masjid Miftahul huda menjadi lebih tenang dan yang terdengar suaranya hanya sang imam yang sedang membaca  lafal–lafal alqur’an dalam sholat, sesekali terdengar anak kecil yang sedang guyonan kecil di deretan paling belakang, sholat terdiri dari dua rekaat yang memiliki takbirotul ihrom sebanyak tujuh kali rekaat pertama, dan lima kali pada rekaat ke dua, ditambaah dengan doa kunud pada rekaat terakhir.
Selesai sholat Iedul fitri selesai dilanjutkan dengan pembacaan khotbah oleh pak kiiayi atau sesepuh desa Pogungrejo sendiri, dalam ringkasan khotbah tersebut terselip hikmah untuk saling memaafkan sesama orang muslim, dan juga keutamaan daripada menyambung tali shilaturahmi. Selesai membaca khotbah di ikuti dengan do’a-do’a agar dapat menjumpai romadhon tahun depan kami berdiri dan dengan seperti anak kecil main ular-ularan kami berjalan berjabat tangan, terus berjalan sambil berdesak-desakan.
Suara takbir dan suara tek dur (bedug) mengiringi kami bersalaman ular-ularan di dalam masjid, sampai pada jamaah terakhir kami bersama-sama pergi ke kuburan untuk membacakan doa kepada yang sudah meninggal agar diberikan ampunan, pagi itu suasana di kuburan (sangat ramai) kontras dengan biasanya yang sangat sepi, ini di manfaat kan oleh para pedagang bunga yang menjajakkan bunganya di pinggir-pinggir pemakaman, dengan adanya Iedul fitrie ni mereka meraup keuntungan yang tidak sedikit, suara di pemakan terdengar seperti suara nyanyian yang susul menyusul, kalimat tahlil, tahmid, dan yang lainnya di lafalkan dari para peziarah tersebut.
Sepulang dari pemakaman kami pulang untuk memulai acara kita yang paling final yaitu halal bi halal ke rumah-rumah tetangga sekitar, di awali dengan minta maaf kepada simbah, bapak, ibu, kakak, dan adik, dengan melafalkan kalimat paring mirah mbah (sebutan orang yang akan kitai permohonan maaf) sedoyo kalepatan saking arah menopo kawulo nyuwun pangapunten, mugio saged kalebur ing dinten radin niki, setelah itu sang mbah juga melafal kan kalimat jawaban dengan panjang sekali sampai tangan terasa pegal.
Setelah sanak family di rumah selesai, di lanjutkan ke rumah tetangga yang lebih dekat dulu, ternyata di luar sudah banyak sekali orang-orang yang berjalan berhalal bi halal bersama teman, orang tua, ada juga yang dengan camer (calon mertua), sempat sesekali di rumah tetangga sampai menunggu dengan sangat lama mengambil antrian untuk berhalal bihalalan, sehingga ada cara yang agak unik yaitu dengan cara menjamak nya (menggabungkan dengan yang awal), sehingga waktu lebih cepat dan efisien.
Tak cukup satu hari untuk berkeliling mendatangi rumah tetangga satu per satu sehingga dilanjutkan di hari yang ke dua, hari yang ke tiga dan ke empat digunakan untuk mendatangi sanak family yang jarak nya agak jauh dari rumah, hari raya Idul fitri telah memberikan pencerahan bagi kami warga muslim untuk selalu menjaga silaturahmi dan ke solidan di antara warga masyarakat.  

No comments:

Post a Comment

kasih komentar balik yah......