Bangunan Rumah
Tradisional
Struktur masyarakat Indonesia jika dilihat dari segi
sosial ekonominya dapat dibagi dalam dua kelompok yakni masyarakat agraris
ialah pertanian sedang masyarakat maritim pada pelayaran dan perdagangan.
Masyarakat agraris yang mencakup sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di desa-desa sedang
masyarakat maritim hidup di tepi-tepi pantai. Timbulnya kota-kota di Indonesia
pada umumnya terjadi sepanjang pantai dengan beberapa kekecualian kota-kota di
pedalaman yang menjadi ibukota kerajaan seperti Mataram dan Majapahit.
Tumbuhnya sistem masyarakat kota
terjadi sesudah tumbuhnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Di pedesaan
kelompok masyarakat Indonesia
yang terbesar diberbagai pulau kalau kita perhatikan mempunyai beberapa pola
persamaan yakni tumbuhnya institusi lembaga desa dengan berbagai nama lokal.
Masyarakat desa dipimpin oleh seorang kepala desa atau kepala suku yang dipilih
dari antara penduduk yang memiliki pengaruh dan karisma dari lainnya. Mereka
biasanya memiliki balai pertemuan umum untuk musyawarahkan segala persoalan
yang menyangkut desanya. Bangunan-bangunan rumah dari penduduk pada umumnya
berasal dari type yang sama bahkan beberapa keluarga biasanya bergabung dalam
satu unit rumah. Berikut ini akan diuraikan secara singkat bangunan-bangunan
tradisionil rumah-rumah rakyat dan balai pertemuan umumnya.

A.
Bentuk rumah tradisionil Aceh
Setiap rumah tradisionil di Aceh
mempunyai bentuk yang sama. Rumah tersebut berdiri di atas dengan ketinggian
sekitar 2,5 M sampai 3 M. Denah bangunan biasanya berebentuk bujursangkar
memanjang dengan arah timur barat. Pintu tangga rumah pada umumnya menghadap ke
utara atau ke selatan. Atap bangunan terbuat dari rumbia yang dianyam. Tiang
terbuat dari batang kayu yang memiliki kwalitas kuat hingga tahan
berpuluh-puluh tahun. Dengan demikian
karena rumah adat ini berdaya tahan puluhan tahun dapat dipakai oleh beberapa
generasi. Lantai terbuat dari papan dan untuk menrangkai susunan bangunan rumah
pada rumah-rumah adat tidak dipergunakan paku sama sekali tapi dipergunakan
pengikat atau paku dari kayu atau rotan untuk tali pengikat. Di bagian dalam
rumah dibagi dalam beberapa ruangan yakni ruang depan, tengan dan belakang.
Ruang depan dan belakang dibuat terbuka tanpa sekat. Ruang ini dipergunakan
untuk tidur anak-anak baik laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa atau
masih bujangan. Ruangan ini juga dapat dimanfaatkan untuk tidur para tetamu
yang biasanya dating pada perhelatan perkawinan.
Ruang tengah
letaknya lebih tinggi dari bagian lainnya yang merupakan bagian pokok dari
rumah. Di ruang ini yang terbagi atas kamar-kamar terdapat ruang tidur (rumah inong),
sedang kalau ada kamar tambahan disebut anjong untuk ayah dan ibu dari keluarga
yang bersangkutan. Dapur ditempatkan di bagian belakang rumah.
Untuk para tetamu atau penghuni, rumah yang tradisionil
tidak disediakan meja atau kursi melainkan mereka semua duduk di lantai yang
telah diberi alas tikar. (Tengku Syamsudin, 1971, 232-233). Struktur masyarakat
Aceh terdiri dari kesatuan teritorial mulai dari yang terkecil yakni gampong
(kira-kira sama dengan desa di Jawa), mukim (kelompok beberapa desa), dan
daerah ulue baling, kemudian sago.
Gampong dikepalai oleh seorang keucik (kepala desa),
mukim dipimpin oleh iman mukim yang menjadi koordinator beberapa gampong yang
dahulu ada ikatan teritorial berdasarkan keagamaan. Sedang ulue balang
mengepalai satu distrik yang pada masa pemerintahan kerajaan Aceh memiliki
status otomoni. Struktur ini pada masa sekarang sudah agak berbeda. Status
gampong dan keucik masih ada dengan wewenang sama dengan desa di Jawa. Mukim
juga masih ada tetapi tinggal status simbul saja karena tidak memiliki fungsi
administratif.
Ulue
balang juga kini secara administratif tidak ada lagi karena sekarang
pemerintahan di Aceh disamakan dengan daerah lainnya yakni kecamatan yang
dipimpin oleh seorang camat (kadang-kadang masyarakat Aceh masih sering memakai
istilah Asisten Wedana). Untuk balai pertemuan umum yang bersifat terbatas di
tiap kampung paling sedikit ada sebuah meunasah yang fungsi sebenarnya
dipergunakan untuk sembahyang atau pengajian.
No comments:
Post a Comment
kasih komentar balik yah......